
Konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel kembali memanas setelah seorang jenderal top Iran secara terbuka menyatakan kesiapan untuk menghadapi perang selama 10 tahun. Pernyataan ini menjadi sinyal keras terhadap dinamika geopolitik kawasan Timur Tengah yang sudah lama tegang.
Dengan latar belakang historis, konflik sektarian, dan pertarungan pengaruh di kawasan, sikap ini bisa menandai babak baru eskalasi militer antara dua kekuatan utama di Timur Tengah. Artikel ini membahas lebih lanjut pernyataan jenderal tersebut, latar belakangnya, serta potensi dampaknya terhadap kawasan dan dunia.
Iran-Israel: Ketegangan Lama yang Kembali Memuncak
Hubungan Iran dan Israel telah lama diwarnai permusuhan terbuka. Sejak Revolusi Iran 1979, negara tersebut menjadikan Israel sebagai musuh ideologis. Israel sendiri menanggapi ancaman dari Iran dengan memperkuat kerja sama pertahanan dengan sekutu-sekutunya, terutama Amerika Serikat.
Kedua negara kerap terlibat dalam konflik tidak langsung, seperti serangan siber, operasi militer di Suriah, dan dukungan terhadap kelompok bersenjata. Namun, pernyataan terbaru dari jenderal top Iran menunjukkan kesiapan untuk menghadapi perang konvensional secara langsung dalam jangka waktu panjang.
Jenderal Top Iran Siap Hadapi Perang Panjang
Jenderal Esmail Qaani, kepala Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran (IRGC), menegaskan bahwa Iran siap berperang melawan Israel hingga 10 tahun. Dalam pidatonya, ia menyampaikan bahwa Iran telah membangun kemampuan logistik, strategi militer, dan semangat juang rakyat untuk menghadapi konflik jangka panjang.
“Kami tidak akan ragu untuk melawan Israel dalam waktu panjang. Kami siap selama sepuluh tahun, bahkan lebih jika diperlukan,” ujar Jenderal Qaani dalam konferensi pers militer.
Persiapan Militer dan Aliansi Regional
Iran terus meningkatkan kekuatan militer, termasuk uji coba rudal balistik, pengembangan drone tempur, dan pelatihan milisi proksi di wilayah Lebanon, Suriah, dan Irak. Dukungan terhadap kelompok seperti Hizbullah menjadi bagian dari strategi jangka panjang Iran dalam menghadapi pengaruh Israel di kawasan.
Selain itu, latihan militer gabungan dan pernyataan solidaritas dari beberapa kelompok di wilayah Palestina menandakan adanya aliansi informal yang berpotensi menjadi kekuatan tandingan terhadap Israel.
Reaksi Israel dan Komunitas Internasional
Israel tidak tinggal diam. Perdana Menteri Israel menegaskan bahwa Israel akan mencegah Iran mendekati ‘ambang nuklir’ dan siap melancarkan serangan pre-emptive jika situasi memaksa. Ketegangan ini juga menarik perhatian Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
PBB, Uni Eropa, dan negara-negara Arab menyuarakan keprihatinan terhadap eskalasi ini. Beberapa menyerukan dialog diplomatik, sementara yang lain memperkuat aliansi keamanan sebagai langkah antisipatif.
Potensi Dampak Global
Pernyataan bahwa jenderal top Iran siap perang 10 tahun melawan Israel bukan hanya berdampak regional, tapi juga global. Ketegangan ini bisa memicu gangguan pasokan minyak, naiknya harga energi, hingga efek domino pada stabilitas negara-negara tetangga seperti Yaman, Lebanon, dan Irak.
Investor global pun mencermati perkembangan ini, terutama terkait risiko geopolitik yang bisa mempengaruhi ekonomi dunia.
Kesimpulan
Pernyataan bahwa jenderal top Iran siap perang 10 tahun melawan Israel menjadi pengingat bahwa konflik Timur Tengah masih jauh dari kata selesai. Meski diplomasi tetap penting, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kedua pihak secara aktif bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Kita sebagai pengamat harus tetap kritis, memahami konteks sejarah dan strategi. Ketegangan ini bukan hanya tentang dua negara, tapi tentang masa depan kawasan dan kestabilan global.
Baca Juga : 32 Orang Tewas di Gaza Dikarenakan Operasi Militer Israel.